Pages

Jumat, 30 Juli 2010

I SEE U :*

Tuit-tuit-tuit……
Bunyi sms tone , seketika membangkitkanku dari mimpi yang benar-benar so sweet. Ini yang ke-sekian kalinya aku memimpikan sosok lelaki itu. “Gggrrrrr……” gerutuku sambil mengambil HP di lampu meja tepat di sebelah kanan tempat tidurku. Sayang aku harus bangun dari mimpi ini, padahal barusan Deva sedang mengajakku ke sebuah lereng gunung, kami berteduh di bawah pohon bunga Desember dan menikmati stroberi yang segar sekali.

Deva. Begitulah biasanya aku memanggilnya, dia hanya ada saat aku terjun dalam mimpiku di tengah-tengah tidur yang nyenyak. Dia tidak akan datang bila aku mengharapkannya, tapi dia tiba-tiba muncul biasanya saat aku ketiduran, ya…. Tertidur tanpa diawali dengan berharap dia mau singgahi bunga tidurku.

Dengan perasaan kecewa dan kesal aku membuka sms masuk di HPku, aku lihat sms itu dari mbak Wulan, kemudian kubaca,
“Venna, bs ga km ngajar Mesha anak SMP kls 1, rmh di Alengka Timur ni no hp mamanya : 081999281321 . jadwal mbk udh penuh. Tq ya… :) “

“Ini namanya tawaran pekerjaan, hehe dengan senang hati dong….”, gumamku. Aku adalah mahasiswa MIPA di salah satu perguruan tinggi negeri. Cara memanfaatkan waktu luangku adalah mengajar privat matematika, ini sudah kulakukan selama kurang lebih 1 tahun.

Setelah sepakat dengan ortu Mesha via telepon, aku pun mempersiapkan materi Matematika SMP Kelas 1, karena besok hari pertama aku mengajar Mesha. Hari ini jadwal mengajarku memang kosong, jadi aku bisa lebih santai.

Keesokan harinya, aku terbangun tanpa mimpi indah bersama Deva, lelaki pujaan yang ada di dunia khayalku, jelaslah begitu karena aku begitu mengharapkan kehadirannya, aku masih ingin menikmati stroberi-stroberi yang kecut bersama wajahnya yang manis, karena dengan itu aku bisa melupakan kecutnya stoberi.
“Eh, ini venna ya? “, Tanya ibu-ibu separuh baya setelah membukakan pintu.
“Iya ibu…..”, jawabku singkat karena malu dan deg-degan. Hehe biasalah begini kalo sama murid baru. Ibu Mesha tak berlama-lama mebiarkan aku di luar, dia mempersilahkan aku masuk. Aku pun berjalan menuju ruang tengah dan terhenti sampai kulihat meja dengan anak manis yang sudah duduk dan siap belajar denganku.
Kami mulai dengan mempelajari apa yang belum dijajarkan oleh guru matematikanya di sekolah. Tak terasa 1 jam berlalu, waktunya selesai.
“Sampai jumpa besok, Mesh !” kataku dengan senyum lebar. Aku senang bisa mengajarnya hari ini. Dia begitu cepat menangkap ajaranku, kalo saja semua muridku begini, bekerja akan menjadi mudah.

Hari berikutnya, aku terbangun tanpa merasakan senangnya bertemu Deva. Lagi-lagi aku tidak bisa memimpikannya. Tak habis pikir pula, alasan apa yang membuat aku tak bisa memimpikannya, padahal semalam aku ketiduran, tanpa berharap dia besedia datang.
Fiuh, Bete juga hari ini. Jadi tidak semangat. Apa mungkin Deva sudah sirna? Pikiranku makin kacau, bisa juga aku harus mulai menyadari bahwa hanya dengan bermimpi aku tidak akan mendapatkan apa-apa.

Sore hari, aku berangkat 15 menit sebelum les dimulai. Ke rumah Mesha. Aku mengajarnya dua kali seminggu, hari jumat dan sabtu.
“Gimana mesh, ada yang sulit dan belum ngerti sama Persamaan linear?”tanyaku
“Engga………”
“Ini silahkan dimakan stroberinya.” Ujar Ibu Mesha memotong pembicaraan Mesha, dia menaruh storberi dan minuman di atas meja.
“Kami punya kebun stroberi di kampung, jadi stroberinya masih pada segar semua.”promosi bu Mesha.
“Terimakasih ,bu.”

* * *


Sepulang mengajar aku langsung menuju rumah dan masih memikirkan Deva. Tak seorangpun tahu soal ini, termasuk sahabatku Henny. Aku takut disangka gila. Kalau dibilang sudah tegila-gila sih benar. Karena Deva, aku tak pernah mau menerima cinta orang-orang yang sudah nembak aku, seperti Yoga anak dari dosenku, Egy tetangga sebelahku, Edgar teman SMA ku dulu. Kalo boleh mereka marah, marah saja pada Deva! Tapi masalahnya mereka takkan bisa bertemu dengan Deva. Karna Deva hanya ada dalam hati dan pikiranku. Pertama kali Deva datang adalah sejak aku pertama menjadi seorang mahasiswa, sudah 2,5 tahun dia ada bersamaku dalam mimpi yang indah. Kesetiaanku pada Deva membuat aku selama 2,5 tahun jomblo di dunia nyata, meskipun begitu, orang lain tak perlu tahu kalo aku punya pacar di alam mimpi. Ya, karena itu kedengarannya GILA.

Minggu pagi, hari yang sama relaxnya dengan hari Kamis. Tanpa mengajar. Aku berencana akan pergi MSS (Makan Sore-sore) bersama Henny. Di sebuah café kami duduk, makan dan berbincang.
“Doni kayaknya naksir sama kamu bepp….”, ujar henny dengan mata berkedip-kedip.
“Kenapa kamu begitu antusias kalo ada orang yang mau deketin aku? Sebenernya Doni nargetin aku atau kamu sih?”Tanyaku balik dengan mulai sentiment.
“Idiiiih, galak benget sih! Vennaaa…. Helloo… wake up gal ! waktu SMA berapa kali kamu gonta-ganti pacar, dan semua orang tahu. Yang bikin aneh orang secantik kamu bisa bertahan jomblo segini lama,”terangnya
“Tau,hen. Kenapa kamu yang stress? Hidup hidupku………”
“Aku gamau ajah kalo kita disangka lesbian, secara gitu kan kita bareng terus. Hahahah becanda kali…….”

Belum selesai Henny ngomong, aku terkejut dan mengalihkan pandanganku kearah luar café, seorang laki-laki menggunakan baju putih berjalan menuju arah seberang. Aku melompat lalu berlari meninggalkan Henny.
“Ven….. Venaaaaaa!” panggil Henny.
Tak menghiraukan Henny aku berlarian keluar dan mengejar lelaki itu.
Dia cukup jauh, tapi di saat-saat seperti itu apapun yang ada di sekitarku, aku sendiri tak peduli. Semakin jauh dia berjalan aku tetap mengikuti, sampai suatu ketika aku melihat dia masuk ke sebuah rumah. Astaga……. Dia masuk ke rumah Mesha. Terang saja aku malu mengikutinya masuk, Mesha itu muridku dan aku harus punya etika sebagai pengajarnya. Aku memilih kembali ke café, dan ternyata aku sudah lumayan jauh berjalan, jadi aku panggil taxi untuk mengantarku ke café. Henny sudah tak ada di tempat duduk. Lebih baik aku pulang.

Aku melihat Deva, lelaki itu mirip dengan Deva. Lalu apa yang Deva cari bila dia masuk ke rumah Mesha. Penasaranku akan terbayar hari Jumat depan, saat aku mengajar Mesha.

Tak terasa hari Jumat begitu cepat, 30 menit sebelum les aku sudah meninggalkan rumahku menuju rumah Mesha. Setiba di rumah Mesha mataku ke sana ke mari seperti mencari sesuatu yang hilang. Dan lelaki mirip Deva itu benar-benar tidak ada. Dengan setengah patah semangat aku terpaksa mengajar.
“Silahkan dimakan stroberinya……”ujar seseorang sambil menaruh semangkuk stroberi segar, kulihat wajahnya, matanya, Tuhan apa aku sedang bermimpi? Yang ada di depanku adalah Deva. Dia tersenyum, mataku terpaku, tubuhku membeku, dan aliran darahku terasa berhenti. Lalu semua terasa gelap.

“Mbak…. Mbak Venna……”panggil seseorang. Pipiku serasa ada yang menepuk-nepuk. Mataku kabur, kapalaku pusing. Mataku kubuka pelan-pelan, kulihat ada Mesha, Ibunya, dan Deva.
“Deva…………….” Panggilku padanya
“Siapa Deva? Kamu pucat, tadi kamu pingsan.”ujarnya.
Aku baru mengerti sekarang, stroberi dan bunga desember yang ada dalam mimpi terakhirku bersama Deva. Sekarang bulan Desember dan Deva hadir benar-benar nyata di depan mataku tanpa aku harus bermimpi terlebih dahulu dan ia menawarkan stroberi. Aku benar-benar terkejut, 2,5 tahun aku hanya bisa menemuinya dalam mimpi, dan sekarang dia memang nyata adanya, mungkin karena ini aku jadi shock.
“Kamu Deva kan?”tanyaku
“Bukan, namaku Dika…….”jawabnya dengan senyum yang sama seperti mimpiku.
“Dika itu anak saya yang pertama, Venna.” Tambah Bu Mesha.
Apapun yang terjadi, bagiku hari ini adalah anugrah. Aku berharap dia tahu isi hatiku, aku sudah mencintainya sejak 2,5 tahun yang lalu. Dan ini adalah usaha yang harus aku lakukan untuk membuat mimpiku menjadi nyata. Deva atau Dika tak penting buatku, yang penting mereka sebenarnya adalah orang yang sama. Sama-sama berada di hatiku.

* * *


5 bulan kemudian
“Finnally, I see u……..” bisikku pada Dika
Kemudian ia menyuapiku dengan stroberi yang segar. Kami sedang duduk berdua di bawah pohon bunga Desember. Pohon bunga ini telah ada di kampung dimana Dika berasal. Dia menyuapiku stroberi yang dia petik sendiri di perkebunan stroberinya.

Dika akan selalu tersenyum jika berada di sampingku, selama dia belum bosan menatapku dengan sejuta rasa kagum karena aku satu-satunya gadis yang mencintainya sebelum bertemu dengannya.
“Finnally, I see u…… “ ujarnya sambil tertawa lepas.
“Mengherankan, tapi aku benar-benar mencintainmu karena ini ven …..”ujar Dika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar